APAKABAR BOGOR – Assalamualaikum.wr.wb, Sampurasun.
Nusantara dalam hal ini negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdiri atas dasar sejarah peradaban panjang masa lampau masyarakat Nusantara, dari sistem kerajaan sampai dengan kesatuan Republik Indonesia.
Tak terlepas dari peran dan perjuangan para leluhur Nusantara,para leluhur kita selalu berupaya mempersatukan Nusantara tanpa meninggalkan corak budayanya,namun di era globalisasi dan peran konspirasi global.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Saat ini mengalami perubahan yg sangat drastis terjadinya ketimpangan dan degradasi pemikiran yang terjebak akan teori-teori luar, mempengaruhi cara pandang dan pola fikir masyarakat Nusantara.
Membuat rentan akan adanya perbedaan di negeri tercinta ini,seakan budaya perlahan-lahan akan d cabut sampai ke akar-akarnya,hal ini sangat berbahaya bagi keutuhan NKRI dimana berfalsafah bhineka tunggal Ika berbeda-beda tapi satu tujuan.
Nusantara ini kaya akan segalanya mulai dari sumber daya alam , sumber daya manusianya bahkan adat istiadat budaya yg beraneka ragam, semua merupakan kelebihan bagi bangsa Indonesia yang beribu-ribu pula namun dapat mempersatukan dalam wadah kesatuan Republik Indonesia.
Hal ini tidak dimiliki oleh bangsa lain terutama terutama dalam keanekaragaman budayanya.
Namun akhir-akhir ini sangat nampak jelas terjadi perpecah belahan yang di landasi perbedaan prinsip pemikiran bahkan sampai pada keyakinan.
Padahal budaya memiliki peran penting dalam peradaban suatu bangsa,maju mundurnya sebuah bangsa dan kebesaran sebuah bangsa di lihat dari sejarah panjang peradaban budayanya.
Salah satu yang menjadi kajian kami adalah sebuah kalimat bahasa Dukun sadar atau tidak sadar kata dukun selalu terngiang-ngiang dari generasi ke generasi.
Baca Juga:
Permohonan Maaf & Janji 10 Hari Buktikan Hak Penggunaan Gedung Graha Wartawan
PDAM TIRTA KAHURIPAN KABUPATEN BOGOR Mengucapkan Selamat Hari KORPRI ke-53
Bahkan kata Dukun jauh sebelum berdirinya negeri ini leluhur Nusantara menggunakan kalimat Dukun,bagi leluhur kita yang kemampuan husus dalam bidang keilmuan, tetapi apa yang terjadi seiring perkembangan zaman dan propaganda media.
Makna dukun jadi berubah drastis sembilan puluh derajat menjadi sebuah kalimat atau sebutan yang sangat mengerikan dan hina jika ada seseorang yang di sebut dukun.
Asumsinya akan pada hal yang negatif dan dukun selalu di gambarkan pada perbuatan jahat,mistik, bermain dengan hal – hal gaib yang menyeramkan sehingga muncul dukun selalu di identikan dengan pakaian pangsi hitam-hitam pakaian iket dengan aksesoris yang menyeramkan.
Apabila kita tarik pada sejarah masa lalu dukun itu memiliki tugas yang sangat mulya bahkan dalam memimpin sebuah do’a untuk keselamatan atau acara sakral keagamaan atau upacara Bhakti yang membuka adalah mantra do’a-do’a.
Baca Juga:
Konservasi Gajah di Aceh, Presiden Prabowo Subianto Sumbang Lahan Pribadi Seluas 20 Ribu Hektar
Kolaborasi Pengelolaan Pajak Mblb &Opsen Pajak Mblb Di Kabupaten Bogor
Tetapi setiap orang yang memiliki keahlian husus pasti di sebut Dukun dan dukun, dukun patah tulang,dukun sunat,dukun beranak,dukun ahli obat-obatan alami dan masih banyak yang lainnya.
Bahkan dukun juga menguasai perbintangan dapat meramal Cuaca dan masa tanam tetapi semua itu semakin terkikis dan pudar dengan pergeseran pemahaman pada saat ini apalagi dengan adanya peropaganda media film yang sangat menyudutkan dukun.
Dukun selalu di kalahkan oleh para pemuka agama di anggap nya dukun itu selalu sesat dan bersekutu dengan makhluk-makhluk gaib yang digambarkan dengan dandanan yang menyeramkan.
Sebetulnya ini adalah pembodohan dan produk kolonial para penjajah negri ini,mereka takut pada Dukun-dukun Nusantara yang memiliki kesaktian.
Keilmuan bela diri sehingga tanpa senjata canggih dapat memukul mundur penjajah ketika dari sebuah gelar atau sebutan dari buah karya leluhur kita di kucilkan bagai mana prodak-prodak leluhur kita yang lainya pasti akan musnah.
Untuk itu kami dengan memberanikan diri atas dasar cinta akan budaya bangsa dan ingin meluruskan dari ketidak benaran sejarah mendeklarasikan diri.
“Jangan malu disebut Dukun karena bagi kami Dukun adalah Duduk tekun artinya fokus sungguh sungguh dalam belajar keilmuan dalam hal kehidupan.
Dan Duduk tekun hidup rukun.Maka kami yang hadir dari perwakilan Nusantara bersepakan untuk di bentuk nya wadah ini kalimat atau bahasa dukun jangan sampai di marjinalkan dan diskriditkan.
Pada makna-makna buruk sehingga hilang dari Nusantara sementara panggilan dukun adalah warisan dari leluhur Nusantara. Jaga budaya jaga keutuhan NKRI.
Oleh: Muhammad Darul Dinar, Ketua Ikatan Dukun Nusantara