–LINTASBOGOR.COM” Gempol Pasuruan – Hingga saat ini warga Dusun Betro Desa Wonosunyo Kecamatan Gempol Kab. Pasuruan ada yang masih menjalankan tradisi peninggalan nenek moyang yang telah berjalan sejak ratusan tahun yang lalu.
Tradisi tersebut berupa upacara Ruwatan Bumi. Merupakan ritual manifestasi rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala yang telah diperoleh dari hasil bumi.
Ruwatan berasal dari kata Ruwat atau ngarawat ( Bahasa Jawa ) yang artinya memelihara atau mengumpulkan. Makna dari mengumpulkan adalah mengajak masyarakat seluruh kampung hasil buminya untuk dikumpulkan, baik yang masih mentah maupun yang sudah jadi atau dalam taraf pengolahan.
Tujuannya selain rasa syukur tadi sekaligus sebagai tindakan tolak bala dan penghormatan terhadap para Leluhurnya.
Pelaksanaan ruwatan bumi biasanya berlangsung di tanah lapang. Meski masing-masing Dusun memiliki ciri sendiri-sendiri, namun pada intinya mereka melakukan ritual ke Agamaan yang kental dengan peristiwa budaya.
Pelaksanaan Ruatan bumi ini biasanya akibat terjadinya bencana Alam yang menimpa wilayah atau tempat tinggal mereka. Setelah bencana lewat, mereka kemudian melaksanakan ruwatan bumi agar bencana tidak terjadi lagi.
Ketua Panitia Penyelenggara Mantan Kepala Desa Wonosunyo Sutono ” Menjelaskan Padahal sekitar 30 tahun yang lalu, Setiap tahun selalu diselengarakan ruwatan bumi. Dengan dipimpin tetua kampung, Warga setempat berkumpul di tanah lapang dekat pohon Besar sambil membawa Tumpeng / Arakan Forum itu skaligus digunakan untuk bersilaturahmi diantara warga, Karena setelah ritual kagamaan selesai seluruh warga bergembira ria murak tumpeng sambil ngobrol dan bersenda gurau.
Kini peristiwa seperti di Dusun Betro Desa Wonosunyo. Apa saja rangkaian pelaksanaan pertistiwa ruwatan bumi ini?
Pertama yaitu persiapan yang dilakukan masyarakat mulai dari pembentukan panitia,Selaku Anggota Panitia Moch,Timbul beserta Kawil / Kasun Betro Supandi Hasil Musyawarah dan pelaksanaaan ruwatan bumi ini, Pengumpulan biaya ( Tuju puluh dua juta empat ratus Ribu ) Antara lain membuat makanan, Hiburan Ludruk, Pengajian Umum, Drumband, Membuat sawen atau daun janur dari daun kawung.
Kegiatan Ruwatan Bumi ini biasanya dilakuan sebulan sebelum pelaksanaan. Kedua Ruwat Dusun Betro ini yaitu ritual khusus bertempat di sumber air yang dilakuan ketua adat dengan, Tujuannya meminta ijin kepada Tuhan yang Mahaesya. supaya seluruh penduduk dan kampungnya dijauhkan dari musibah. Ketiga Ijab kabul motong munding, yaitu berdoa sekaligus sambutan Sutono, Kelima Salawatan, yaitu mengucap puji-pujian kepada Allah SWT dan Rosulnya , Keenam pertunjukan seni Ujung yang dilaksanakan pada siang hari.” Terang Sutono Kepala Desa Wonosunyo Moch Shaleh.
Dengan iring-iringan masyarakat dimulai dari tempat pelaksanaan ruwatan menuju situs Sumber Air leluhur. Dalam helaran ini ikut memeriahkan seni Ujung, pembawa parukuyan, Dramben, pini sepuh, usungan dongdang, saung sangar, usung tumpeng, dongdang makanan, seni Rengkong dan tari-tarian ,Yaitu ritual untuk menutup pelaksanaan ruwatan bumi Dusun Betro ini Kami selaku Kepala Desa tetua adat. Setelah acara sacral biasanya dilanjutan hiburan Ludruk atau kesenian lain yang bernuansa Islam Di Dusun Betro Desa Wonosunyo Kecamatan Gempol Kab, Pasuruan, pada hari minggu tanggal 14/22 siang telah Melaksanakan Ruwat bumi.
Acara tersebut dihadiri para Sesepuh dan Bhabinkabtimmas Polsek Gempol Bipma Anton dan Bhabinsa Umar dan staff Perangkat Desa Wonosunyo , Juga warga Desa Wonosunyo, Ketua Karang Taruna beserta Anggota.dan Ketua Panitia Penyelenggarah beserta Anggota dan 16 Anggota Linmas.”Tutup Kepala Desa Wonosunyo Moch Shaleh
( Samsul / A-6 )