Persoalan Sampah Bambu Di Sungai Cikeas Terus Menjadi Sorotan Publik, Kok Bisa?

by -312 views

Lintasbogor.com, Bogor – Siapa yang tak kenal Sungai Cikeas. Sebuah sungai yang membelah kawasan Kabupaten Bogor dan Kota Bekasi di Provinsi Jawa Barat. Meski tak terlalu berpotensi penyebab banjir, sejak dulu sungai ini dikenal dengan sampah bambunya.

Tidak terlalu luas. Hanya kira-kira 11.500 hektare, Sungai Cikeas memanjang dari hulu di Gunung Geulis. Tepatnya terletak di sebuah desa di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Sungai ini bermuara di hilir Kota Bekasi. Lokasinya di Cikarang Bekasi Laut (CBL) di Kecamatan Babelan.

Para pecinta lingkungan hidup, termasuk Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi, Kabupaten Bogor dan Kota Depok, selalu kelimpungan dalam mengatasi persoalan sampah bambu di Sungai Cikeas.

Ketika hujan di hulu, tinggi muka air (TMA) Sungai Cikeas kerap meninggi. Tingginya air sungai menyebabkan bambu yang berada di bantaran sungai, baik yang telah dipotong ataupun yang masih tertanam, akan tergerus dan hanyut bersama arus sungai.

Dampaknya, bambu yang kemudian menyatu menjadi sampah ini menyumbat aliran sungai di Bendung Kodja. Bendung ini berada di antara dua wilayah tersebut. Satu sisi berada di Kelurahan/Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi. Sisi satunya lagi di Desa Bojongkulur.

Akibat sumbatan ini, alhasil empat perumahan warga di hulu Bendungan Kodja sering terancam banjir. Bahkan telah berulang kali dilanda banjir.

Dari tahun ke tahun persoalan sampah bambu tak pernah tuntas diatasi. Meski para “penjaga” sungai  di Kabupaten Bogor dan Kota Bekasi telah berkomunikasi, sampah bambu di Sungai Cikeas tetap saja menjadi persoalan pelik.

Melihat kondisi ini, tergeraklah niat sekumpulan warga untuk berbuat. Walau hanya pada satu titik, namun upaya telah dimulai menjaga kebersihan sungai.

Dipandu oleh Ketua RW 36 di perumahan Vila Nusa Indah 3, Desa Bojongkulur, Kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor, dimulailah gerakan menangani Sungai Cikeas. Semata memang bukan dalam upaya bebersih sampah bambu. Tetapi lebih pada pengembangan destinasi wisata.

Bertolak dari inisiasi Komunitas Peduli Sungai Cileungsi Cikeas (KP2C), dibangunlah oleh warga sebuah destinasi wisata berbasis kuliner. Sejak 2021 akhir, destinasi itu sudah melayani pengunjung. Nama destinasi wisata tersebut adalah Wisata Kuliner  “Dermaga6”.

Mungkin tanpa disadari, kehadiran destinasi wisata itu sekaligus ikut mengatasi persoalan sampah bambu di Sungai Cikeas. Pasalnya, destinasi tersebut berada di bibir sungai. Mengindahkan Dermaga6, berarti pula menjadikan bantaran sungai bersih dan terawat.

Gayung pun bersambut. Gerakan warga ini ditangkap oleh Kepala Desa Bojongkulur, Firman Riansyah. Tak ingin hanya sebatas itu, Firman pun mengakselerasi dan  mendengungkan strategisnya mengembangkan Bojongkulur sebagai Desa Wisata.

Konsep inipun mendapat dukungan banyak kalangan dan berkembang menjadi sebuah program kegiatan. Telah diimplementasikan dalam sebuah pencanangan pada akhir Mei 2022. Mendapat sentuhan berbagai pihak, program Desa Wisata Bojongkulur dikembangkan dan dipertajam.

Adalah Puarman, sosok yang saat ini menduduki posisi Ketua Desa Wisata Bojongkulur. Puarman yang adalah juga Ketua KP2C,  ditunjuk langsung oleh
Kepala Desa Bojongkulur untuk menduduki posisi itu dalam rentang waktu tiga tahun ke depan.

Sebagai pegiat lingkungan hidup dengan spesialisasi “early warning system'” (sistem peringatan dini), kebencanaan dan tatakelola sungai, bagi Puarman posisi baru yang diembannya ini sangatlah menantang.

• Susur Sungai Cikeas

Maka, lahirlah kemudian sederet program wisata yang akan dikembangkan unit kerja Desa Bojongkulur tersebut. Mereka berencana mengembangkan 
wisata sungai, wisata kuliner, dan wisata olah raga.

“Untuk tahap awal dimulai dari wisata sungai dengan menikmati panorama sungai Cikeas nan asri dan aman,” papar Puarman, dalam sebuah pertemuan. Wisata sungai ini di antaranya diwujudkan dalam bentuk wisata “Susur Sungai Cikeas”. Rencananya akan dilaunching (diluncurkan) pada 18 Juni 2022.

Menarik lantaran susur sungai ini menggunakan perahu karet (river boat).  Selain untuk sarana hiburan yang menyenangkan, susur sungai ini juga menjadi wahana edukasi dan melatih ketahanan fisik peserta.

“Susur sungai merupakan kegiatan mengenal ekologi sungai dan karakteristik sungai. Kegiatan ini meliputi pengenalan arus air, komponen yang ada di sungai, lingkungan sekitar sungai serta badan sungai,” jelas Puarman setengah promosi.

Inilah juga nilai plus saat peserta melakukan susur sungai. Peserta dapat mengenal secara  langsung ekosistem Sungai Cikeas, mengetahui karakter sungai, hingga menumbuhkan cinta sungai.

Dari sisi keselamatan, wisata susur sungai ini aman dari ancaman banjir karena didukung sistem peringatan dini TMA milik KP2C yang ditempatkan di hulu sungai (Cibinong dan Cikeas).  Arus sungai terbilang tenang dan aman. Semua peserta akan memakai APD (pelampung & helm). Dan ini yang penting juga, dioperatori oleh tim bersertifikat FAJI (Federasi Arung Jeram Indonesia).

Wisata susur sungai ini dimulai dari Dermaga6
Blok KD, Vila Nusa Indah 3,
Bojongkulur.  Berakhir di Dermaga 2, Bendung Kodja, Bojongkulur.

Lama perjalanan 1 jam 25 menit. Menggunakan perahu karet berkapasitas enam orang, dengan satu
operator dan lima wisatawan, susur sungai ini hanya diperuntukkan bagi  wisatawan usia di atas 10 tahun.

Kelebihannya, peserta akan diantar kembali ke lokasi semula di Dermaga6  dengan menggunakan kereta wisata.

Adapun tiket sebesar Rp.95.000/orang. Namun, saat ini tiket dilepas dengan harga promo Rp.60.000/orang.

Tiket sudah termasuk susur sungai, voucher makan di Dermaga6, dan kereta wisata. “Lebih mengasyikkan ikut bareng komunitas, group RT/RW, sekolah, kantor,  kelompok pengajian,  keluarga, dll,” ujar Purman.

Bila anda tertarik, silakan hubungi 081384832227 untuk info dan pendaftaran. Atau https://bit.ly/Daftar Susur Sungai Cikeas


Reported By : Firly & Gesni
Narasumber : Puarman KP2C